SJAP – , Jakarta -Dunia internasional menunjukkan reaksi keras menyusul serangan Amerika Serikat (AS) terhadap tiga lokasi yang diklaim sebagai fasilitas nuklir di Iran, yaitu Fordow, Isfahan, dan Natanz. Agresi ini telah meningkatkan eskalasi ketegangan dalam konflik antara Israel dan Iran, memicu kekhawatiran global akan dampak yang lebih luas.
Serangan yang dilancarkan AS tersebut terjadi lebih dari seminggu setelah Israel memulai kampanye militer terhadap Iran, yang kemudian dibalas Iran dengan serangan rudal. Aksi saling serang ini telah mengakibatkan ratusan korban jiwa dari kedua belah pihak, menambah kompleksitas dinamika regional yang sudah memanas.
Berikut adalah rangkuman reaksi-reaksi utama dari berbagai organisasi internasional terhadap serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, yang dikumpulkan dari sumber terkemuka seperti Al Jazeera, Anadolu, dan NDTV.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam atas keterlibatan AS dalam konflik Iran-Israel. Guterres secara tegas menyatakan, “Saya sangat khawatir dengan penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat terhadap Iran hari ini.” Ia menambahkan bahwa tindakan ini merupakan “eskalasi berbahaya di kawasan yang sudah berada di ujung tanduk—dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional.”
Guterres menyoroti adanya “risiko yang meningkat” bahwa konflik ini dapat “dengan cepat lepas kendali—dengan konsekuensi bencana bagi warga sipil, kawasan, dan dunia.” Oleh karena itu, ia mendesak negara-negara anggota untuk “meredam” situasi dan “menegakkan kewajiban mereka berdasarkan Piagam PBB serta aturan hukum internasional lainnya.” Guterres menegaskan, “Pada saat yang berbahaya ini, sangat penting untuk menghindari kekacauan yang terus berlanjut. Tidak ada solusi militer. Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi. Satu-satunya harapan adalah perdamaian.”
OKI
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada Ahad, 22 Juni 2025, mengecam keras serangan AS dan Israel terhadap Iran dalam rancangan resolusi yang diterbitkan pasca sidang Dewan Menteri Luar Negeri ke-51 di Istanbul. Dalam Rancangan Resolusi No. 69/51-POL, OKI secara eksplisit mengutuk agresi Israel terhadap Iran.
OKI menyatakan, “Serangan Israel terhadap Iran, termasuk serangan militer berulang kali terhadap infrastruktur sipil, fasilitas nuklir damai, dan pembunuhan ilmuwan, komandan militer senior, dan warga sipil tak berdosa, termasuk wanita dan anak-anak, merupakan pelanggaran berat terhadap norma-norma hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk larangan ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara lain.” Keputusan ini memperkuat solidaritas penuh OKI dan negara-negara anggotanya terhadap rakyat dan pemerintah Iran dalam menghadapi agresi Israel.
Uni Eropa
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menyerukan de-eskalasi segera dan kembali ke meja perundingan. Melalui akun X-nya, Kallas menulis, “Saya mendesak semua pihak untuk mundur, kembali ke meja perundingan, dan mencegah eskalasi lebih lanjut.” Ia juga menegaskan bahwa Iran tidak boleh dibiarkan mengembangkan senjata nuklir dan menyebutkan bahwa para menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas situasi ini pada Senin mendatang.
CAIR dan AIPAC
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok hak asasi Muslim AS, mengecam serangan AS sebagai tindakan perang yang “ilegal dan tidak dapat dibenarkan.” CAIR menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan di bawah tekanan dari pemerintah Israel yang “tidak terkendali,” meskipun intelijen AS telah lama menyimpulkan bahwa Iran tidak sedang membangun senjata nuklir. Di sisi lain, Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC), sebuah kelompok pro-Israel yang berpengaruh di AS, memuji serangan yang diperintahkan oleh Presiden Trump dan menyatakan bahwa AS “harus bekerja sama dengan sekutu kita untuk melindungi pasukan kita dan kepentingan regional terhadap serangan Iran.”
ICAN
Kampanye Internasional untuk Penghapusan Senjata Nuklir (ICAN) menganggap serangan militer AS terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai tindakan “tidak masuk akal dan sembrono.” Direktur Eksekutif ICAN, Melissa Parke, dalam pernyataannya mengatakan, “Dengan bergabung dalam serangan Israel terhadap Iran, AS juga melanggar hukum internasional. Tindakan militer terhadap Iran bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah atas program nuklir Teheran.”
Parke menambahkan, “Mengingat badan intelijen AS menilai Iran tidak sedang mengembangkan senjata nuklir, ini adalah tindakan yang tidak masuk akal dan sembrono yang dapat merusak upaya internasional untuk mencegah penyebaran senjata nuklir lebih lanjut.” ICAN, yang bermarkas di Jenewa dan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2017 atas perannya dalam menyusun Perjanjian Larangan Senjata Nuklir (yang mulai berlaku pada 2021), menekankan pentingnya diplomasi. Hingga saat ini, sekitar 69 negara telah meratifikasi perjanjian tersebut, empat negara lainnya telah menyetujuinya, dan 25 negara telah menandatanganinya, meskipun tidak ada negara pemilik senjata nuklir yang turut serta.
Sikap Iran
Dalam pernyataan publik pertamanya setelah serangan tersebut, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menuduh AS telah melanggar hukum internasional. Araghchi mengunggah di media sosial, “Amerika Serikat, anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah melakukan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir) dengan menyerang instalasi nuklir damai Iran.”
Ia melanjutkan, “Peristiwa pagi ini [Minggu] keterlaluan dan akan memiliki konsekuensi yang kekal. Setiap anggota PBB harus waspada atas perilaku yang sangat berbahaya, melanggar hukum, dan kriminal ini.” Araghchi menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa Iran “memiliki semua pilihan untuk mempertahankan kedaulatan, kepentingan, dan rakyatnya.”
Pernyataan Israel
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden AS Donald Trump, memuji langkah berani AS dalam menyerang Iran. “Selamat, Presiden Trump. Keputusan berani Anda untuk menargetkan fasilitas nuklir Iran dengan kekuatan Amerika Serikat yang luar biasa dan benar akan mengubah sejarah,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan di televisi.
Netanyahu melanjutkan, “Sejarah akan mencatat bahwa Presiden Trump bertindak untuk menolak rezim paling berbahaya di dunia atas senjata paling berbahaya di dunia.”
Pilihan Editor: Qatar Tegaskan Negaranya Aman, Usai Peringatan Kedutaan AS
Ringkasan
Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga lokasi yang diklaim sebagai fasilitas nuklir Iran, yaitu Fordow, Isfahan, dan Natanz. Agresi ini meningkatkan ketegangan dalam konflik antara Israel dan Iran, yang sebelumnya telah melibatkan aksi saling serang. Kejadian ini memicu kekhawatiran global akan eskalasi dan dampaknya terhadap perdamaian internasional.
Berbagai organisasi internasional dan negara menunjukkan reaksi keras atas serangan tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan mendalam dan menyerukan de-eskalasi serta diplomasi sebagai satu-satunya jalan ke depan. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Uni Eropa juga mengecam agresi dan mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan. Sementara Iran mengutuk tindakan AS sebagai pelanggaran hukum internasional, Israel memuji langkah AS tersebut sebagai keputusan yang mengubah sejarah.